MENGAHNCURKAN PONDASI TAKLID BUTA
Berkata Ibnu Hajar Al-'asqalani : "..Bahwasanya Sunnah (hadits Nabi) mungkin saja luput dari sebagian Sahabat Nabi yang senior, dan hanya diketahui oleh sebagian kecil sahabat lain. Oleh karena itu tidak boleh menoleh kepada pendapat-pendapat sekalipun (pendapat atau madzhab tersebut) sangat kuat, jika ada Sunnah yang menyelisihi nya. Juga tidak (harus) kita mengatakan : "Bagaimana bisa hal ini luput dari (pengetahuan) si fulan ?!". Allah sajalah yang memberi taufiq. (Fathul bari Hal. 96)
Perkataan Ibnu Hajar diatas merupakan tamparan telak bagi para pengikut madzhab secara buta yang sangat fanatik dengan madzhabnya, sehingga tidak menerima semua pendapat yang tidak sejalan dengan madzhab nya tersebut. Sehingga jika kita menyodorkan Hadits-hadist yang menyelisihi madzhab nya, dia tidak mau terima dan tetap ngotot dengan madzhabnya tersebut, dengan dalih "Imam madzhab saya lebih mengetahui Hadits-hadits Nabi", dan "Imam Madzhab saya mustahil tidak mengetahui hal ini".
Jika Sahabat Nabi yang merupakan manusia terbaik setelah Nabi dan Rasul mungkin saja tidak mengetahui sebagian Hadits Nabi, tentunya selain mereka lebih mungkin untuk tidak mengetahui Hadits. Imam Ibnu hajar juga menjelaskan bahwa kita harus berpatokan kepada Sunnah (yang shahih) dalam beramal, bukan berpatokan pada pendapat-pendapat tertentu yang menyelisihi Sunnah.
Ini bukan berarti kita menolak madzhab secara mutlak, akan tetapi madzhab harus kita posisikan sebagai sarana untuk memahami tujuan yaitu sunnah, bukan malah membalik keadaan dengan menjadikan Madzhab sebagai tujuan, dan sunnah sebagai sarana.
Jika Sunnah kita posisikan sebagai tujuan dan madzhab adalah sarana yang menghantar kepada tujuan, maka seandainya ada Sunnah yang berlawanan dengan suatu pendapat dalam madzhab tertentu, yang harus kita pegang adalah sunnah, dan kita harus membuang madzhab yang tidak sesuai dengan sunnah tersebut serta mencari pendapat di madzhab yang lain yang sesuai dengan sunnah.
Menjadikan Madzhab sebagai tujuan dan Sunnah Nabi sebagai sarana, sama saja dengan menganggap Nabi adalah sarana kepada Madzhab, ini berarti kita telah merendahkan Nabi.
Imam suatu madzhab setinggi apapun ilmunya tidak mungkin mencakup semua kebenaran, karena kebenaran mutlak hanya ada pada Nabi dan Rasul yang terpelihara dari salah dan dosa. Madzhab-madzhab yang ada di dunia ini haruslah kita manfaatkan semuanya dalam memahami Sunnah Nabi dengan melihat pada dalil-dalil yang mereka pakai, kemudian membandingkan mana diantaranya yang lebih sahih dalilnya, atau lebih bagus dalam beristidlal.
0 Response to "MENGAHNCURKAN PONDASI TAKLID BUTA"
Posting Komentar